Sejarah Vespa Mania Kongo
Sejarah Vespa Mania Kongo - Vespa masuk ke Indonesia pada tahun 1960 melalui ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) PT Danmotors Vespa Indonesia/DVI di Pulo Gadung Jakarta yang sekarang sudah tidak aktif lagi (sekarang dipegang oleh PT Sentra Kreasi Niaga/SKN sebagai dealer utama saja. Note: Bukan importir atau distributor eksklusif).
Pada 1956 itu, ketika Majelis Umum PBB memutuskan menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.
KONGA II dikirim ke Kongo pada 1960 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 1.074 orang, bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.
KONGA III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.
Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat, Pasukan Garuda menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Vespa (sumber lain mengatakan ada juga penghargaan berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit). Di pasaran diketahui adanya vespa Kongo tahun 1963 untuk kontingen 2 dan 3. Kurang diketahui apakah kontingen 1 juga mendapatkannya, karena informasi semacam ini tidak mudah didapat. Yang menarik dan tidak diketahui banyak orang, pemberian vespa tersebut tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan. Vespa berwarna hijau 150cc ditujukan bagi tentara yang lebih tinggi tingkat kepangkatannya, disusul vespa berwarna kuning dan biru 125cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah.
Selain itu guna membedakan vespa tersebut dari vespa lain yang satu tipe, disematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan pada sisi sebelah kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya. Maka berseliweranlah vespa-vespa tersebut di jalan-jalan sehingga vespa dengan pantat bulat tersebut dikenal sebagian masyarakat sebagai vespa Kongo, sementara sebagian lain justru menyamaratakan dengan nama vespa ndog (telur) karena bagian samping kanan kirinya bulat mirip telur.
Vespa Congo tidak diproduksi di Italia melainkan di Jerman. Dengan berbahan baku plat baja yang lebih keras daripada Vespa bulat umumnya, vespa ini memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa buatan Italia yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T).
Jacob Oswald Hoffmann adalah orang Jerman yang berjasa memasukkan vespa ke Jerman. Kerjasama vespa dengan Hoffmann putus awal tahun 1955 karena Hoffmann mendesain model sport sendiri. Kemudian vespa bekerjasama dengan Messerschmitt Co. yang kemudian mengeluarkan produksi vespa pertamanya pada tahun 1955 itu juga. Mereka mengeluarkan dua model yaitu Vespa GS yang di Indonesia sering disebut sebagai GS versi Jerman dan 150 Touren. Mereka juga menyediakan purna jual dan service serta spare part bagi Vespa produksi Hoffmann. Kerjasama ini berlanjut hingga akhir tahun 1957. Vespa GmbH Augsburg kemudian berdiri pada tahun 1958 sebagai sebuah perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi Vespa Messerschmitt. Saat kerjasama dengan Augsburg inilah Vespa Congo diorder untuk Indonesia.
Indonesia sendiri mulai turut serta mengirimkan pasukannya untuk menjaga perdamaian dunia pada tahun 1957. Indonesia sendiri merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.Setelah itu negara mesir dan negara negara liga arab lainnya langsung mengadakan sidang menteri luar negeri. dan mesir sendiri merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan negara indonesia dengan datang langsung ke Ibu Kota negara indonesia, yaitu Yogyakarta.Setelah itu presiden Ir. Soekarno langsung membalas pembelaan terhadap negara negara arab di forum internasional, setelah itu Presiden IR. Soekarno pun mengunjungi negara Mesir dan Arab saudi pada tahun 1956 dan negara Irak 1960. Sebagai tanda balas budi terhadap negara mesir dan Negara Negara Liga Arab lainnya.
Sebelumnya pada tahun 1956, PBB menyuruh pasukan Inggris, Perancis dan israel untuk mundir di kawasan negara mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.
Lalu setelah itu pasukan Konga II di kirimkan ke kongo pada tahun 1960 di bawah misi UNOC, dengan jumlah pasukan 1.074 orang, dan bertugas di kongo pada September 1960 sampai dengan Mei 1961.
Dari pertanyaan seorang teman yang menanyakan 'Vespa Kongo itu seperti apa', 'Apakah ada sangkut-pautnya dengan negara Kongo' yang akhirnya saya berinisiatif untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan sebuah artikel yang berjudul 'Sejarah Vespa Kongo'. Baiklah kita kupas tuntas sekarang: Vespa Kongo merupakan vespa penghargaan dari pemerintah Indonesia untuk Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang saat itu bertugas di Kongo. Pasukan tersebut bernama Kontingen Garuda atau istilah lainnya KONGA, dan ada beberapa sumber lagi menyebutkan dengan itilah Pasukan Garuda, yang pada saat itu cukup diperhitungkan di mata dunia dibandingkan pasukan perdamaian dari negara lain.
Sejak 1957, Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB. Awalnya, saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Mesir langsung mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab dan merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia dengan datang langsung ke Ibu Kota RI yang pada waktu itu masih di Yogyakarta. Untuk membalas budi Mesir dan Liga Arab, Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960.
Kemudian Pasukan Kontigen garuda III atau Konga III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.
Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat tersebut, pasukan garuda indonesia mendapatkan sebuah penghargaan yaitu vespa. Penghargaan tersebut di berikan oleh pemerintahan republik indonesia. Vespa kongo sendiri seperti yang telah kita ketahui sebelumnya di produksi pada tahun 1963 untuk pasukan kontigen 2 dan 3. Namun tidak di ketahui untuk kontigen 1, apakah sama mendapatkan penghargaan tersebut atau tidak. Namun yang paling menarik sendiri pemberian vespa tersebut tidak lepas dari dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan. Vespa kongo beawrna hijau tua 150CC di berikan kepada tentara yang mempunyai pangkat tinggi. disusul dengan vespa berwarna kuning 125 di berikan kepada tentara yang mempunyai pangkat yang lebih rendah.
Kedua model yang dibuat saat berkongsi dengan Messerchmitt (150 Touren dan GS) kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi. Selain itu Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963, yang merupakan saat puncak perubahan skuter dan diproduksinya yang sudah tidak terlalu banyak. Selanjutnya, Jerman memilih hanya mengimpor Vespa langsung dari Itali.
Sejarah Vespa Mania Kongo |
VESPA KONGO
Vespa Kongo adalah vespa penghargaan dari pemerintah Indonesia kepada kontingen Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang bertugas di Kongo saat itu. Pasukan bernama Kontingen Garuda (disingkat KONGA atau Pasukan Garuda) yang turut diperhitungkan di dunia dibandingkan pasukan perdamaian negara lain itu adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957. Awalnya, saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Mesir langsung mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab dan merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia dengan datang langsung ke Ibu Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta. Untuk membalas budi Mesir dan Liga Arab, Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960.Pada 1956 itu, ketika Majelis Umum PBB memutuskan menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.
KONGA II dikirim ke Kongo pada 1960 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 1.074 orang, bertugas di Kongo September 1960 hingga Mei 1961.
KONGA III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.
Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat, Pasukan Garuda menerima tanda penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia berupa Vespa (sumber lain mengatakan ada juga penghargaan berbentuk uang dan beberapa peti jarum jahit). Di pasaran diketahui adanya vespa Kongo tahun 1963 untuk kontingen 2 dan 3. Kurang diketahui apakah kontingen 1 juga mendapatkannya, karena informasi semacam ini tidak mudah didapat. Yang menarik dan tidak diketahui banyak orang, pemberian vespa tersebut tidak terlepas dari tradisi dalam dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan. Vespa berwarna hijau 150cc ditujukan bagi tentara yang lebih tinggi tingkat kepangkatannya, disusul vespa berwarna kuning dan biru 125cc untuk tingkat kepangkatan yang lebih rendah.
Selain itu guna membedakan vespa tersebut dari vespa lain yang satu tipe, disematkan tanda nomor prajurit yang bersangkutan pada sisi sebelah kiri handlebar (stang) yang berbentuk oval terbuat dari bahan kuningan serta sebuah piagam penghargaan yang menyertainya. Maka berseliweranlah vespa-vespa tersebut di jalan-jalan sehingga vespa dengan pantat bulat tersebut dikenal sebagian masyarakat sebagai vespa Kongo, sementara sebagian lain justru menyamaratakan dengan nama vespa ndog (telur) karena bagian samping kanan kirinya bulat mirip telur.
Vespa Congo tidak diproduksi di Italia melainkan di Jerman. Dengan berbahan baku plat baja yang lebih keras daripada Vespa bulat umumnya, vespa ini memiliki tingkat kelengkapan yang lebih daripada vespa buatan Italia yang umum beredar di Indonesia (VBB1T maupun VBB2T).
Jacob Oswald Hoffmann adalah orang Jerman yang berjasa memasukkan vespa ke Jerman. Kerjasama vespa dengan Hoffmann putus awal tahun 1955 karena Hoffmann mendesain model sport sendiri. Kemudian vespa bekerjasama dengan Messerschmitt Co. yang kemudian mengeluarkan produksi vespa pertamanya pada tahun 1955 itu juga. Mereka mengeluarkan dua model yaitu Vespa GS yang di Indonesia sering disebut sebagai GS versi Jerman dan 150 Touren. Mereka juga menyediakan purna jual dan service serta spare part bagi Vespa produksi Hoffmann. Kerjasama ini berlanjut hingga akhir tahun 1957. Vespa GmbH Augsburg kemudian berdiri pada tahun 1958 sebagai sebuah perusahaan patungan antara Piaggio dan Martial Fane Organisation, kongsi ini kemudian juga menyediakan beberapa bagian bagi Vespa Messerschmitt. Saat kerjasama dengan Augsburg inilah Vespa Congo diorder untuk Indonesia.
Indonesia sendiri mulai turut serta mengirimkan pasukannya untuk menjaga perdamaian dunia pada tahun 1957. Indonesia sendiri merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.Setelah itu negara mesir dan negara negara liga arab lainnya langsung mengadakan sidang menteri luar negeri. dan mesir sendiri merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan negara indonesia dengan datang langsung ke Ibu Kota negara indonesia, yaitu Yogyakarta.Setelah itu presiden Ir. Soekarno langsung membalas pembelaan terhadap negara negara arab di forum internasional, setelah itu Presiden IR. Soekarno pun mengunjungi negara Mesir dan Arab saudi pada tahun 1956 dan negara Irak 1960. Sebagai tanda balas budi terhadap negara mesir dan Negara Negara Liga Arab lainnya.
Sebelumnya pada tahun 1956, PBB menyuruh pasukan Inggris, Perancis dan israel untuk mundir di kawasan negara mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.
Lalu setelah itu pasukan Konga II di kirimkan ke kongo pada tahun 1960 di bawah misi UNOC, dengan jumlah pasukan 1.074 orang, dan bertugas di kongo pada September 1960 sampai dengan Mei 1961.
Dari pertanyaan seorang teman yang menanyakan 'Vespa Kongo itu seperti apa', 'Apakah ada sangkut-pautnya dengan negara Kongo' yang akhirnya saya berinisiatif untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan sebuah artikel yang berjudul 'Sejarah Vespa Kongo'. Baiklah kita kupas tuntas sekarang: Vespa Kongo merupakan vespa penghargaan dari pemerintah Indonesia untuk Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia yang saat itu bertugas di Kongo. Pasukan tersebut bernama Kontingen Garuda atau istilah lainnya KONGA, dan ada beberapa sumber lagi menyebutkan dengan itilah Pasukan Garuda, yang pada saat itu cukup diperhitungkan di mata dunia dibandingkan pasukan perdamaian dari negara lain.
Sejak 1957, Indonesia mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB. Awalnya, saat Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Mesir langsung mengadakan sidang menteri luar negeri negara-negara Liga Arab dan merupakan negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia dengan datang langsung ke Ibu Kota RI yang pada waktu itu masih di Yogyakarta. Untuk membalas budi Mesir dan Liga Arab, Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi Mesir dan Arab Saudi pada 1956 dan Irak pada April 1960.
Kemudian Pasukan Kontigen garuda III atau Konga III dikirim ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC dengan jumlah pasukan 3.457 orang, terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur, bertugas hingga akhir 1963. Menpangad Letjen TNI Ahmad Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire) pada tanggal 19 Mei 1963.
Setelah menyelesaikan tugas perdamaian yang berat tersebut, pasukan garuda indonesia mendapatkan sebuah penghargaan yaitu vespa. Penghargaan tersebut di berikan oleh pemerintahan republik indonesia. Vespa kongo sendiri seperti yang telah kita ketahui sebelumnya di produksi pada tahun 1963 untuk pasukan kontigen 2 dan 3. Namun tidak di ketahui untuk kontigen 1, apakah sama mendapatkan penghargaan tersebut atau tidak. Namun yang paling menarik sendiri pemberian vespa tersebut tidak lepas dari dunia kemiliteran dalam hal kepangkatan. Vespa kongo beawrna hijau tua 150CC di berikan kepada tentara yang mempunyai pangkat tinggi. disusul dengan vespa berwarna kuning 125 di berikan kepada tentara yang mempunyai pangkat yang lebih rendah.
Kedua model yang dibuat saat berkongsi dengan Messerchmitt (150 Touren dan GS) kemudian dikembangkan dengan beberapa modifikasi. Selain itu Vespa GmbH Augsburg juga melahirkan Vespa 125 cc yang pertama kali diperkenalkan dalam tahun 1958. Produksi berlanjut hingga tahun 1963, yang merupakan saat puncak perubahan skuter dan diproduksinya yang sudah tidak terlalu banyak. Selanjutnya, Jerman memilih hanya mengimpor Vespa langsung dari Itali.
Post a Comment